Hari Kasih Sayang dalam Kacamata Islam: Memaknai Cinta yang Sesungguhnya

Image
Setiap tahun, tanggal 14 Februari dirayakan oleh banyak orang di seluruh dunia  sebagai Hari Kasih Sayang atau Valentine's Day. Hari yang dipenuhi dengan simbol-simbol cinta ini seringkali diidentikkan dengan pemberian bunga, coklat, dan kartu-kartu yang mengungkapkan perasaan sayang antara satu sama lain. Namun, bagaimana seharusnya umat Islam memandang tradisi ini? Cinta: Fondasi Ajaran Islam Setiap tanggal 14 Februari, dunia merayakan Hari Kasih Sayang atau Valentine's Day. Bagi umat Islam, momen ini patut disikapi dengan memahami cinta sejati dalam perspektif Islam. Jauh dari sekadar romantisme sesaat, cinta dalam Islam merupakan fondasi ajaran yang menjangkau seluruh aspek kehidupan. Cinta Universal dan Abadi Cinta dalam Islam bukan sekadar rasa sayang dan romantisme antara dua insan. Ia adalah kasih sayang mendalam yang menjangkau seluruh ciptaan Allah Subhanahu wata’ala, meliputi manusia, alam, dan seluruh makhluk hidup. Cinta ini diwujudkan melalui perbuatan dan kepedul...

Story : "Ini yang Menjadikanmu Kuat"


Berawal dari loby gedung pusat kampus. Setelah menyerahkan beberapa berkas pendaftan kuliah, tiba-tiba terdengar suara yang menyapa “sudah bayar pendaftaran?” . eh, dia kan temanya temanku dalam batinku. “Alhamdulillah sudah,tapi baru setengahnya hehe” jawabku. Pertanyan kembali dilontarkannya dengan nada yang sedikit lirih “kira-kira bayar setengahnya dulu bisa nggak ya?” . “beasiswa bukan?”, jawabnya “bukan,Aku cuma bawa satu juta nih,hehe”. “hmm, coba ke loket aja dulu deh sapa tau bisa” dugaanku. Itulah awal pertemuanku dengan dia.

Dia ternyata satu prodi denganku dan qodarullahnya kita satu kelas yang sama dikelas PAI B. Selama berjalanya perkuliahan hingga satu semester menurutku dia orang yang baik, pandai juga, bacaan Al Qura’anya juga bagus, dia humoris orangnya, dan dia mudah bergaul dengan siapapun. Sifatnya yang humoris dan kocak itu kadang membuat teman dikelas tertawa dibuatnya. Tidak dikelas saja di grup whatsapp kelas saja dia pun juga suka bikin kehebohan.

Karena sering ngobrol-ngobrol, malah kita jadi berteman baik dan terkadang kalau diantara kita mendapat kesulitan diusahakan kita saling membantu. Ada suatu ketika dia terlihata nggak kayak biasanya. Ya walaupun masih bisa hahahihi tapi kebaca dia lagi ada beban masalah. Dan benar saja, masalah dia memang mengenai biaya hidup dia selama kuliah ini. Iya aku menyadari, kuliah itu tidak membutuhkan biaya yang kecil. Dari biaya pendidikan pun sudah besar apalagi kuliah di sekolah swasta ditambah lagi dengan biaya hidup. Memang kuliah itu tidak mudah.

Dia sering bercerita “aku kadang kangen sama ibu bapak dirumah, tapi aku nggak berani dan nggak enak kalo pulang ke rumah. Pasti mereka bakalan mikirin biaya buat aku berangkat lagi. Ya memang aku pulang juga inginya minta uang saku, tapi apalah daya aku anak seorang pekebun dilereng yang setiap membawa panen sayuran ke pasar pulang nggak sampe dapet uang dua ratus ribu”. Dari latar belakang keluarganya dia memang seorang anak yang sangat sederhana. Ayah ibunya seorang pekebun dilereng sebuah pegunungan di Banjarnegara. Kadang aku yang mendengar secara langsung cerita dari dia, aku merasa bahwa segala sesuatu yang kita punya harusalah disyukuri. Dengan kondisi apa adanya dia, namun semangatnya untuk menimba ilmu tiada surut.

“Yaa.. walaupun aku berasal dari keluarga yang kurang mampu, tapi aku harus berilmu. Apalagi ilmu agama itu penting dan aku harus dapetin itu” salah satu pesan darinya yang selalu dia ucapkan sebagai salah satu penyemangat buat dirinya sendiri. Pastinya aku yang dengar ucapanya juga ikut tersambar  dengan ucapanya itu. Semangat dia demi belajar dikelas yang paling aku ingat ketika dia tetap berangkat kulaih padahal dia lagi sakit. Muka dia pucat, suara juga serak, dan mata kelihatan sayu. Sakinya dia ternyata karena dia tidak makan, alasanya dia nggak punya uang buat beli makan. Hemm :(

Ada satu kesamaan yang kita punya yaitu, ketika kita dalam kondisi yang berat dan rasanya sudah tidak sanggup lagi menanggunya, ada salah satu potongan  ayat Al-Qur’an yang menjadi favorit kita dan membuat semua beban itu terasa terkurangi yaitu “laa yukalifullahu nafsan illa wus’aha”. Inilah yang menjadikan kita selalu positif thinking kepada Allah SWT dan diri sendiri ketika mendapatkan sebuah beban hidup dan masalah yang sedang dihadapi.

Potongan ayat tersebut memang luar biasa memotivasi diriku. Bahwa segala beban yang ada semua bisa kita atasi dan lewati. Beban yang Allah SWT timpakan kepada diri kita, pada dasarnya sesuai dengan kemampuan kita untuk mengangkatnya. Semua kembali lagi pada diri kita bahwasanya apabila kita mampu dan yakin melewatinya atas pertolongan-Nya, maka beban hidup tersebut bukanlah sebuah beban. Namun kenikmatan yang mampu dipetik pelajaranya.

Mungkin bagi kalian kisah di atas merupakan suatu hal yang biasa. Namun manusia memiliki masalah dan beban hidup yang diemban dengan kesanggupan yang berbeda-beda. Aku harap kalian mampu memaknai setiap apa yang menimpa pada diri kalian bukan sebagai beban berat sehingga tidak mudah untuk putus asa dan mengeluh.


Comments

Popular posts from this blog

Kini Saatnya Berperan, Bukan Baperan!

Tips : 7 Jurus Ampuh Mengelola Stres "Temukan Bahagiamu Tanpa Drama"

Hari Kasih Sayang dalam Kacamata Islam: Memaknai Cinta yang Sesungguhnya